Startup Rusia Refocus Digugat 843 Mahasiswa Indonesia, Rugi Hingga Rp 26 Miliar

Ketika memulai sebuah startup, terutama di bidang edukasi, pastikan Anda bisa menepati janji kepada pelanggan. Seperti yang dialami Refocus, startup asal Rusia yang beroperasi di Filipina dan Indonesia. Mereka kini digugat 843 mahasiswa Indonesia karena tidak memenuhi kewajiban memberikan materi dan pelatihan sesuai yang dijanjikan. Para mahasiswa ini bahkan sudah membayar lebih dari Rp20 juta, tapi tidak mendapat akses penuh ke konten pendidikan atau jaminan pekerjaan dari Refocus. Total dana yang dituntut mencapai Rp26 miliar! Kasus ini sudah memasuki sidang putaran kedua di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Startup Rusia ‘Refocus’ Digugat Oleh 843 Siswa Indonesia

Wah, berita ini pasti mengejutkan banyak orang. Startup edukasi Rusia, Refocus, sedang dalam keadaan ‘kritis’ setelah digugat oleh 843 mahasiswa Indonesia yang merasa ditipu. Mereka telah membayar puluhan juta Rupiah untuk layanan Refocus, tapi tak mendapatkan akses penuh ke materi edukasi atau jaminan pekerjaan yang dijanjikan.

total tuntutan mencapai Rp 26 miliar.

Para mahasiswa ini menuntut ganti rugi materiil dan non-materiil melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sejak tahun lalu. Jumlah dana yang dituntut mencapai USD1,6 juta atau Rp26 miliar. Sampai 18 April 2024, persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai gugatan kelompok mahasiswa Refocus telah memasuki putaran kedua.

Refocus beroperasi di Filipina dan Indonesia

Refocus, yang beroperasi di Filipina dan Indonesia, didirikan untuk menyediakan materi pembelajaran dan pelatihan untuk membantu lulusan perguruan tinggi mendapatkan pekerjaan. Sayangnya, janji-janji manis ini tak terwujud. Para mahasiswa yang telah membayar puluhan juta tak mendapatkan layanan dan fasilitas yang diiklankan.

Keadaan ‘kritis’

Dengan 843 mahasiswa yang menuntut pengembalian dana, tak heran Refocus berada dalam keadaan ‘kritis’. Startup ini pasti kesulitan mengembalikan dana dalam jumlah sebesar itu, apalagi ditambah kompensasi lain yang diminta. Situasi ini jelas merugikan kedua belah pihak. Bagi mahasiswa, uang yang dibayarkan terbuang sia-sia. Bagi Refocus, reputasinya sebagai startup edukasi global pasti terguncang.

Kita tunggu keputusan pengadilan mengenai kasus ini. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi industri startup di Indonesia untuk lebih transparan dan bertangg

Refocus Janjikan Materi Dan Pelatihan Tapi Tidak Ditepati

Refocus menjanjikan para mahasiswa akses penuh ke konten pendidikan dan jaminan pekerjaan, tapi ternyata janji itu tidak ditepati. Mahasiswa yang membayar jasa Refocus mulai dari 20 juta rupiah ke atas, pada kenyataannya tidak mendapatkan apa yang dijanjikan.

Kurangnya Akses Konten Pendidikan

Para mahasiswa mengeluh tidak mendapatkan akses penuh ke materi pembelajaran seperti yang diiklankan Refocus. Mereka hanya mendapatkan sebagian kecil konten yang dijanjikan, atau bahkan sama sekali tidak ada. Padahal mereka telah membayar mahal untuk layanan ini. Tentu saja hal ini sangat merugikan dan mengecewakan bagi para mahasiswa.

Tidak Ada Jaminan Pekerjaan

Selain materi pendidikan, Refocus juga menjanjikan peluang magang dan pekerjaan bagi lulusan mereka. Nyatanya tidak ada satu mahasiswa pun yang mendapatkan tawaran magang apalagi pekerjaan dari Refocus. Para mahasiswa sangat kecewa karena harapan dan impian mereka untuk mendapatkan pengalaman kerja setelah lulus tidak terwujud. Mereka merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Refocus.

Kerugian Materiil dan Non-Materiil

Kekecewaan dan rasa ditipu oleh Refocus telah menimbulkan kerugian baik materiil maupun non-materiil bagi para mahasiswa. Secara materiil, uang yang telah dibayarkan sia-sia dan tidak sebanding dengan layanan yang didapat. Sedangkan secara non-materiil, impian dan harapan mereka hancur, waktu dan usaha yang telah dikeluarkan terbuang percuma.

Refocus telah melanggar kepercayaan dan melukai hati para mahasiswanya. Sudah sepantasnya Refocus bertanggung jawab atas semua kerugian yang dialami mahasiswa akibat kelalaian dan kegagalan mereka dalam memenuhi janji. Para mahasis

Para Siswa Sudah Bayar Lebih Dari Rp 20 Juta Tiap Orang

Setelah membayar jauh lebih dari Rp20 juta per orang untuk layanan startup Rusia Refocus, para mahasiswa Indonesia yang menuntut perusahaan tidak menerima akses penuh ke konten pendidikan atau jaminan pekerjaan yang dijanjikan. Mereka meminta ganti rugi material dan non-material senilai total USD1,6 juta atau Rp26 miliar.

Banyak Janji Tidak Terpenuhi

Refocus berjanji akan memberikan materi belajar dan pelatihan kepada para mahasiswa untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja. Sayangnya, banyak dari janji-janji ini tidak terpenuhi. Mahasiswa mengeluh tidak mendapatkan akses penuh ke konten yang dijanjikan, seperti video tutorial dan modul pelatihan. Mereka juga tidak mendapatkan jaminan pekerjaan yang diiklankan Refocus.

Uang Sudah Dibayar, Layanan Tak Diberikan

Para mahasiswa sudah membayar biaya yang tidak sedikit kepada Refocus, berkisar antara Rp20 juta hingga Rp25 juta per orang. Uang sebesar ini tentu bukan jumlah yang kecil bagi kebanyakan mahasiswa. Sayangnya, setelah membayar mahal, mereka harus menerima kenyataan bahwa Refocus tidak memberikan layanan sebagaimana dijanjikan. Tidak heran jika mereka merasa ditipu dan memutuskan menuntut Refocus di pengadilan.

Harapan agar Refocus Bertanggung Jawab

Dengan menuntut Refocus di pengadilan, para mahasiswa berharap perusahaan ini mau bertanggung jawab atas kelalaiannya. Mereka berharap Refocus mau mengembalikan sebagian atau seluruh uang yang telah dibayarkan, sebagai kompensasi karena tidak mendapatkan layanan yang dijanjikan. Tuntutan ini juga diharapkan bisa menjadi peringatan bagi perusahaan lain agar lebih transparan dan bertanggung jawab dalam memberikan layanan kepada pelanggan.

Total Kerugian Materiil Dan Immateriil Capai Rp 26 Miliar

Para mahasiswa yang mengajukan gugatan terhadap Refocus merupakan mahasiswa yang telah membayar layanan pendidikan di startup tersebut. Mereka telah membayar biaya pendidikan mulai dari Rp 20 jutaan, namun tidak mendapatkan akses penuh terhadap konten pendidikan atau jaminan pekerjaan seperti yang dijanjikan Refocus.

Total dana yang dituntut oleh mahasiswa ini mencapai USD 1,6 juta atau Rp 26 miliar yang merupakan kerugian materiil dan immateriil. Sampai tanggal 18 April 2024, persidangan pengadilan Jakarta Selatan terkait gugatan kelompok mahasiswa Refocus telah memasuki putaran kedua.

Kerugian materiil yang dituntut oleh para mahasiswa meliputi biaya pendidikan, biaya hidup selama menempuh pendidikan di Refocus, serta potensi pendapatan yang hilang karena tidak mendapatkan pekerjaan sesuai janji Refocus. Sedangkan kerugian immateriil yang dituntut adalah kekecewaan, kesedihan, dan frustrasi yang dialami para mahasiswa.

Gugatan yang diajukan oleh para mahasiswa ini sebenarnya bukan tanpa alasan. Mereka merasa tertipu dan dirugikan secara materiil maupun immateriil oleh Refocus yang tidak menepati janjinya. Para mahasiswa berharap pengadilan dapat memutuskan Refocus untuk membayar ganti rugi atas kerugian yang telah mereka alami. Keputusan pengadilan ini juga diharapkan dapat menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan lain agar lebih bertanggung jawab dan transparan dalam menyelenggarakan layanannya.

FAQ Tentang Gugatan 843 Siswa Indonesia Terhadap Startup Rusia ‘Refocus’

Siapa saja yang mengajukan gugatan?

Sejumlah 843 mahasiswa Indonesia yang mendaftar pada layanan pendidikan Refocus di Filipina dan Indonesia. Mereka telah membayar biaya layanan di startup ini mulai dari Rp 20 juta tetapi tidak mendapatkan akses penuh ke konten pendidikan atau jaminan pekerjaan yang dijanjikan Refocus.

Berapa total tuntutan yang diajukan siswa?

Total dana yang dituntut siswa ini mencapai $ 1,6 juta atau Rp 26 miliar yang merupakan kerugian materiil dan non-materiil.

Sejak kapan gugatan ini diajukan dan berapa tahap persidangannya?

Gugatan kelompok siswa Refocus ini telah diajukan sejak tahun lalu melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Hingga 18 April 2024, persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait gugatan kelompok siswa Refocus ini telah memasuki putaran kedua.

Apa yang menjadi penyebab utama dari gugatan ini?

Penyebab utamanya adalah Refocus tidak memenuhi pilot77 kewajibannya untuk menyediakan materi dan pelatihan seperti yang dijanjikan. Para siswa telah membayar mahal untuk layanan ini tetapi tidak mendapatkan akses penuh ke konten pendidikan atau lowongan kerja yang dijanjikan. Hal ini tentunya merugikan para siswa.

Bagaimana tanggapan Refocus terhadap gugatan ini?

Refocus belum memberikan tanggapan resmi terhadap gugatan yang diajukan para siswa Indonesia ini. Namun, sebelumnya CEO Refocus Alexey Komissarov menyatakan bahwa perusahaan sedang dalam keadaan ‘kritikal’ dan mengalami kesulitan keuangan untuk menyediakan layanan seperti yang dijanjikan.

Conclusion

Jadi, kasus antara mahasiswa Indonesia dan startup pendidikan Rusia Refocus ini masih berlanjut. Kita tunggu keputusan pengadilan terkait tuntutan mahasiswa agar Refocus bertanggung jawab atas kerugian materiil dan non-materiil mereka. Semoga kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi startup lain agar lebih bertanggung jawab kepada pelanggan. Kita juga berharap agar para mahasiswa bisa mendapatkan keadilan atas kerugian yang mereka alami.

This entry was posted in Startup and tagged . Bookmark the permalink.